Pentingnya Menjadi Guru Matematika
yang Efektif
Rezky Bagus P dan Alfian Nur Aziz
Larezza125@gmail.com
Abstrak
Matematika
merupakan ilmu yang berguna dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap
peserta didik harus menguasai mata pelajaran matematika. namun realita
menunjukkan bahwa penguasaan matematika peserta didik sangat rendah dan faktor
penting yang menyababkan rendahnya penguasaan matematika karena kurang
efektifnya guru matematika dalam melakukan pembelajaran matematika. padahal
menjadi guru matematika yang efektif merupakan hal yang penting. Dengan adanya
kondisi tersebut, diperlukan suatu strategi dalam menjagi guru matematika yang
efektif. Dalam menjadi seorang guru matematika yang efektif, seorang guru harus
memiliki karakteristik tertentu. Selain itu, guru matematika tersebut juga
harus memahami dan menerapkan prinsip – prinsip matematika sekolah. Selanjutnya,
agar menjadi seorang guru matematika yang efektif, guru harus memiliki suatu
strategi pembelajaran matematika, yaitu melalui inovasi pembelajaran
matematika.
Kata
Kunci: Guru
matematika yang efektif, karakteristik guru matematika efektif, prinsip
matematika sekolah, strategi pembelajaran matematika, model jigsaw
PENDAHULUAN
Menurut
NRC (dalam Fadjar Shadiq, 2011), matematika merupakan kunci bagi setiap
peluang. Masih menurut NRC, bagi seorang peserta didik keberhasilan mempelajari
matematika akan membuka pintu
karir yang cemerlang.
Bagi warganegara, matematika akan
menunjang pengambilan keputusan
yang tepat. Bagi suatu negara,
matematika akan menyiapkan
warganya untuk bersaing dan
berkompetisi di bidang
ekonomi dan teknologi.
Hal
itu membuktikan bahwa mata pelajaran matematika penting untuk dikuasai oleh
semua peserta didik. Hal ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan
dalam bekerjasama.(dalam Istrsins, 2013)
Namun
dewasa ini, realita menunjukkan bahwa lulusan dari berbagai jenjang
persekolahan di Indonesia dalam mata pelajaran matematika masih rendah.
Kenyataan tersebut dibuktikan dengan pencapaian nilai Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
peserta didik Indonesia untuk bidang matematika dan sains yang tergolong masih rendah. Hasil tes
TIMSS yang dilakukan International Association for the Evaluation of
Educational Achievement Study Center Boston College menempatkan Indonesia pada
peringkat 38 dengan skor 386 dari 42 negara untuk penguasaan matematika dan
peringkat 40 dengan skor 406 dari 42 negara.( dalam “Prestasi Sains dan
Matematika Indonesia Menurun”, 2012). Dengan adanya hal tersebut
mengindikasikan bahwa pembelajaran matematika yang ada di sekolah masih sangat
buruk.
Menurut
Wono Setyabudi, Dosen Matematika di Institut Teknologi Bandung (ITB), kelemahan
utama buruknya pembelajaran matematika di sekolah karena kualitas guru matematika
yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran matematika di Indonesia
yang masih menekankan pada menghafal rumus – rumus dan menghitung. Selain itu,
guru masih bersifat otoriter dengan keyakinan pada rumus – rumus atau
pengetahuan matematika yang sudah ada. Sehingga peserta didik hanya memperoleh sedikit
ilmu dan kurang dapat mengembangkan kemampuan mereka. Hal itu menunjukkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan guru matematika kurang efektif. Dari hal tersebut,
muncul suatu pertanyaan yaitu “ Pentingkah menjadi guru matematika yang
efektif?”
Menurut
Kolb(dalam Gunawan, 2011), Seorang guru yang efektif dalam memberdayakan
peserta didiknya dalam belajar adalah seorang motivator, pakar, dan sekaligus
pelatih, serta tahu kapan ia harus membiarkan peserta didiknya belajar sendiri.
Selain itu, menurut Cruickshank, Bainer dan Metcalf (dalam Ancilla Martuti,
2011), guru yang efektif adalah guru yang setidaknya memiliki karakteristik,
yaitu memiliki kepribadian yang memotivasi, berorientasi pada keberhasilan, dan
memiliki sikap profesional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang
efektif adalah seorang guru profesioanal yang berorientasi pada keberhasilan
yang mampu menjadi motivator, pakar, dan pelatih serta tahu kapan ia harus
membiarkan peserta didiknya belajar sendiri guna mencapai tujuan.
Menjadi
seorang guru matematika yang efektif merupakan hal yang penting. Hal ini karena
dengan kemampuannya, seorang guru matematika yang efektif akan dengan mudah memerahkan
atau menghijaukan peserta didiknya. Hal ini karena guru mampu menentukan proses
pembelajaran yang tepat guna mencapai pembelajaran yang efektif. Sehingga munculah
masalah baru, yaitu bagaimana cara menjadi guru matematika yang efektif.
Berikut
akan dijelaskan secara singkat cara – cara agar menjadi guru matematika yang
efektif. Dengan adanya penjelasan tersebut, diharapkan guru matematika dapat
melakukan pembelajaran secara efektif guna mencapai tujuan pembelajaran.
ISI
1.
Karakteristik
Guru Matematika Efektif
Sebagai
guru yang efektif, menurut Glenda Anthony and Margaret Walshaw (2009), guru
matematika harus memiliki karakteristik, yaitu mampu memberikan perhatian pada seluruh
peserta didik, mampu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
menyampaikan ide baik secara individu maupun kelompok, mampu merencanakan
pembelajaran matematika berdasarkan pengalaman peserta didik, mampu memfasilitasi
terjadinya dialog kelas yang terfokus pada tercapainya argumentasi matematis, mampu
menggunakan bahasa matematis dalam menjelaskan sifat tertentu dan
mengkomunikasikannya dengan tujuan agar peserta didik memahaminya, mampu menggunakan
berbagai penilaian praktek, memahami bahwa tugas terpilih dan contoh – contoh
yang diberikan berpengaruh terhadap minat peserta didik dalam mengamati,
mengembangkan, menggunakan, dan membuat penilaian terhadapnya, mendukung
peserta didik dalam membuat suatu hubungan, diantara berbagai cara berbeda
dalam penyelesaian masalah, diantara berbagai topik, dan diantara berbagai ilmu
matematika serta pengalaman sehari – hari, berhati – hati dalam memilih media
dan alat peraga matematika.
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus mampu memberikan perhatian pada
seluruh peserta didik, guru matematika harus benar – benar
peduli terhadap peserta didik mereka. Dalam hal ini guru berusaha membangun
keterkaitan guna menciptakan ruang bagi peserta didik dalam mengembangkan
identitas dan keahlian matematis mereka. Selain itu, guru akan berusaha untuk
membuat setiap peserta didik merasa dilibatkan dengan cara menghormati dan
menghargai berbagai ilmu matematika dan kebudayaan yang mereka bawa di dalam
kelas. Kemudian, seorang guru matematika dikatakan efektif jika dipastikan
bahwa setiap peserta didik mendapat kesempatan yang sama dalam
mengkomunikasikan ilmu matematika. Misalnya, guru meminta peserta didik
memberikan tanggapan terhadap permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dalam
kelompok.
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus mampu memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk menyampaikan ide baik secara individu maupun kelompok, Hal
penting bagi seorang guru adalah memberi kesempatan peserta didik untuk
menyusun apa yang mereka butuhkan. Dalam hal ini, terkadang peserta didik membutuhkan
waktu lebih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah dimana terkadang dalam
kegiatan tersebut, pemikiran dalam penyelesaian masalah antara satu peserta
didik dengan peserta didik yang lain dapat bertentangan. Meskipun begitu,
terkadang antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lain dapat saling
bertukar pengetahuan berkaitan dengan masalah yang dibahas. Kegiatan tersebut
dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok. Dalam hal ini guru berperan
memfasilitasi peserta didik dalam menyampaikan ide melalui penyampaian secara
perseorangan atau diskusi kelompok.
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus mampu merencanakan pembelajaran
matematika berdasarkan pengalaman peserta didik, dalam perencanaan
pembelajaran, guru matematika yang efektif akan memposisikan pengetahuan dan
ketertarikan peserta didik sebagai pusat dari pembuatan tujuan instruksional
guru. Hal itu dapat dilakukan dengan cara untuk peserta didik dengan pencapaian
rendah, guru dapat mencari cara untuk mengurangi kompleksitas tugas tanpa harus
kembali mengulang dan membuat repot dan tanpa mengorbankan kegiatan
pembelajaran matematika (Houssart, 2002). Dalam rangka meningkatkan level tugas
agar lebih menantang, guru yang efektif memberikan permasalahan dalam penemuan solusi,
menghapus beberapa informasi, memerlukan penggunaan alat peraga tertentu, atau
adanya suatu hal yang bersifat umum (Sullivan, Mousley, & Zevenbergen, 2006).
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus mampu memfasilitasi terjadinya dialog
kelas yang terfokus pada tercapainya argumentasi matematis, cara mengajar yang
dilakukan guru dalam bentuk komunikasi secara matematis menuntut seorang guru
agar terampil dalam bekerja pada bagian yang dimiliki. Dalam hal ini, peserta
didik harus diajarkan bagaimana cara mengartikulasikan penjelasan matematika
mereka dan bagaimana cara membenarkan penyelesaian yang mereka lakukan. Selain
itu, guru juga dapat menggunakan teknik pernyataan kembali, pengulangan, atau
memperluas pembicaraan peserta didik.
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus mampu menggunakan bahasa matematis
dalam menjelaskan sifat tertentu dan mengkomunikasikannya dengan tujuan agar
peserta didik memahaminya, ketika peserta didik berusaha memahami
ide-ide matematika, mereka membutuhkan suatu pemahaman tentang bahasa
matematika yang digunakan di dalam kelas. Tugas utama guru adalah mendorong
penggunaan, serta memberikan pemahaman tertentu sesuai dengan istilah
matematika yang biasa digunakan di dalam kelas. Selain itu, bahasa matematika yang
bersifat konvensional perlu dimodelkan dan digunakan sehingga penggunaan bahasa
matematika dapat diwariskan dari seorang guru kepada peserta didiknya.
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus mampu menggunakan
berbagai penilaian praktek, dalam melakukan suatu penilaian, guru matematika
akan menggunakan berbagai jenis penilaian yang ada, baik formal maupun
informal. Hal ini bertujuan agar guru dapat memantau kemajuan belajar peserta
didik, melakukan pendiagnosaan pembelajaran, dan menentukan apa tindakan yang
harus dilakukan pasca pendiagnosaan. Sehingga guru mampu memunculkan kemampuan
berpikir peserta didik dan mampu mendukung setiap pembelajaran yang dilakukan
peserta didik.
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus mampu memahami
bahwa tugas terpilih dan contoh – contoh yang diberikan berpengaruh terhadap
minat peserta didik dalam mengamati, mengembangkan, menggunakan, dan membuat
penilaian terhadapnya, guru matematika yang efektif akan memperhatikan apakah
tugas yang diberikan kepada peserta didik benar – benar membantu dalam
memajukan pemahaman kualitatif mereka. Selain itu, guru tersebut akan
memperhatikan apakah tugas yang diberikan tersebut mampu membuat peserta didik
berpikir secara matematis dengan tingkatan yang tinggi atau tidak. Dengan
pemberian berbagai tugas dan pembelajaran terhadap pengalaman yang mungkin
dilakukan oleh peserta didik berkaitan dengan pemikiran asli mereka terhadap
konsep dan hubungan matematika, guru membantu peserta didik untuk mengembangkan
cara-cara mahir dalam melakukan , dan belajar tentang matematika ( Ainley ,
Pratt , & Hansen , 2006) .
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus mampu mendukung
peserta didik dalam membuat suatu hubungan, diantara berbagai cara berbeda
dalam penyelesaian masalah, diantara berbagai topik, dan diantara berbagai ilmu
matematika serta pengalaman sehari – hari, peserta
didik perlu mengembangkan
pemahaman tentang bagaimana konsep atau keterampilan terkait dalam berbagai cara dengan ide-ide matematika lainnya (Askew, Brown, Rhodes,
Johnson, & Wiliam,
1997). Guru yang efektif mendukung peserta didik untuk membuat suatu
hubungan dengan memberikan mereka
kesempatan untuk terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan dengan menetapkan
harapan bahwa mereka memberikan penjelasan terkait strategi pemikiran dan penyelesaian
mereka dan mereka mendengarkan
pendapat orang lain (Anghileri, 2006).
Untuk
karakteristik bahwa guru matematika harus berhati –
hati dalam memilih media dan alat peraga matematika, guru
yang efektif akan menggambarkan
berbagai representasi dan alat untuk mendukung pengembangan matematika
peserta didik. Alat untuk mendukung dan memperluas penalaran matematika
dan terinterpretasi dalam berbagai bentuk termasuk sistem bilangan itu sendiri, simbol aljabar,
grafik, diagram, model,
persamaan, notasi, gambar, analogi, metafora,
cerita, buku pelajaran, dan teknologi. Guru memiliki peran penting dalam memastikan bahwa alat-alat tersebut digunakan secara efektif untuk
mendukung peserta didik dalam
mengorganisir penalaran matematika
mereka dan mendukung mereka dalam membuat keputusan (Blanton & Kaput,
2005). penyediaan akses bagi peserta didik dalam melakukan representasi membantu peserta didik dalam mengembangkan
fleksibilitas konseptual dan komputasi. Penggunaan
model yang tepat, peserta didik dapat memikirkan masalah,
atau ide-ide yang diuji.
2.
Prinsip
– Prinsip Matematika Sekolah
Selain karakteristik di atas, guru matematika yang efektif adalah guru yang
melakukan pembelajaran matematika secara efektif. Menurut NCTA (2000) pembelajaran
matematika yang efektif merupakan pembelajaran yang membutuhkan pengetahuan dan
pemahaman tentang ilmu matematika, peserta didik sebagai pembelajar, dan strategi paedagogis. Agar dapat
melaksanakan pembelajaran matematika yang efektif, guru matematika harus
berpedomaan pada prinsip – prinsip matematika sekolah (principles for school mathematics), yaitu 1) kestaraan(equity), 2) kurikulum(curriculum), 3) pembelajaran(teaching), 4) pembelajaran(learning), 5) penilaian(assesment), 6) tekhnologi(technology).
Dalam prinsip kesetaraan, keunggulan yang ada pada pendidikan matematika membutuhkan suatu
kesetaraan, harapan yang tinggi dan dukungan yang kuat bagi setiap peserta didik.
(NCTM, 2000, hal. 12).
Selain itu, guna mencapai suatu kesetaran, dibutuhkan akomodasi yang berbeda –
beda guna membantu setiap orang dalam belajar matematika (NCTM, 2000, hal. 13).
Dalam kurikulum,
bahwa harus disusun kurikulum yang tidak hanya sekumpulan aktifitas
tetapi harus koheren, difokuskan pada
matematika yang penting dan berkaitan secara
jelas antar tingkatan. (NCTM, 2000, hal. 14).
Prinsip pembelajaran, menekankan bahwa tugas guru adalah
mendorong peserta didik untuk berpikir, bertanya, menyelesaikan masalah, mendiskusikan ide-ide, strateg dan hasil
penyelesaian masalah dari peserta didik.
(NCTM, 2000, hal. 16).
Prinsip
belajar menekankan bahwa peserta didik harus belajar matematika
dengan pemahaman atau penalaran,
secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. (NCTM, 2000, hal. 20). Belajar matematika tidak hanya berkaitan dengan keterampilan berhitung, tetapi perlu
kecakapan berpikir dan bernalar secara matematis dalam menyelesaikan soal-soal
baru dan mempelajari ide - ide baru yang
akan dihadapi di masa yang akan datang.
Prinsip penilaian, menjelaskan bahwa penilaian harus
dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran kemajuan belajar peserta
didik, untuk mendorong belajar peserta didik, dan untuk memperbaiki proses
pembelajaran. (NCTM, 2000, hal. 22).
Prinsip teknologi, menjelaskan bahwa teknologi
penting untuk pembelajaran matematika karena memungkinkan untuk melakukan
eksplorasi lebih luas
da memperbaiki penyajian ide-ide matematika. (NCTM, 2000, hal. 24).
3.
Strategi
Menjadi Guru Matematika yang Efektif
Tindakan
seorang guru efektif harus diambil guna mengoptimalkan pembelajaran yang
dilakukan peserta didik. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan antara lain melakukan
inovasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar matematika (Kristin L.
McGraner, et all., 2011). Dengan kata lain, dalam melakukan pembelajaran harus
bersifat inovatif dan berdasarkan pada pendekatan saintifik.
Adapun
contoh model pembelajaran inovatif adalah Jigsaw.
(Cucu Siti, 2013). Menurut Arends, model jigsaw
pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman
di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins (dalam Suhadi Mukhan, 2013). Tujuan diciptakannya tipe
model pembelajaran kooperatif Jigsaw
ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab peserta didik terhadap
pembelajaran yang dilakukannya dan pembelajaran yang dilakukan anggota
kelompoknya. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi
tanggungjawabnya, setelah itu, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada
anggota kelompoknya yang lain.
Dalam
hal ini, model pembelajaran ini dikembangkan
dari teori belajar konstruktivisme yang lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky.
Piaget dan Vygotsky mengemukakan tentang adanya hakikat sosial dari sebuah
proses belajar dan juga
mengemukakan tentang penggunaan kelompok-kelompok belajar dengan
kemapuan anggota-anggotanya yang beragam
sehingga terjadi perubahan konseptual. Piaget menekankan bahwa
belajar adalah sebuah
proses aktif dan pengetahuan disususn
dalam pemikiran siswa.
Oleh karena itu,
belajar adalah tindakan kreatif
di mana konsep dan kesan dibentuk dengan memikirkan objek dan peristiwa serta
berraksi dengan objek dan peristiwa tersebut. Sehingga berkaitan dengan
karya Vygotsky dan
penjelasan Piaget, para
konstruktivis menekankan
pentinya interaksi dengan
teman sebaya
melalui pembentukan kelompok belajar,
siswa diberikan kesempatan
secara aktif untuk
mengungkapkan sesuatu yang dipikirkan kepada temannya, Hal itu akan
membantunya untuk melihat sesuatu dengan
jelas , bahkan melihat ketidaksesuaian
pandangan mareka sendiri.
Menurut
Yatim Riyanto(dalam Natalia Indon et all.,2012), langkah – langkah model
koperatif tipe jigsaw sebagai berikut: 1) siswa dikelompokkan menjadi 4 anggota
tim, 2) tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, 3) tiap orang
dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan, 4) anggota dari tim yang
berbeda yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama bertemu dalam kelompok
baru(kelompok ahli) untuk mengamati dan saling menanya, serta mendiskusikan
subbab mereka, 5) setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali
ke kelompok asal dan bergantian mengkomunikasikan kepada teman satu tim mereka
tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh – sungguh dan apabila tidak bisa maka bertanya, 6) tiap tim ahli mengkomunikasikan
hasil diskusi, 7) guru memberi evaluasi berkaitan dengan pembelajaran, 8)
penutup.
PENUTUP
Dari
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menjadi seorang guru matematika yang
efektif merupakan suatu hal yang sangat penting. Hal ini karena dengan
kemampuannya, seorang guru matematika yang efektif akan dengan mudah memerahkan
atau menghijaukan peserta didiknya. Hal ini berarti pembelajaran matematika
dapat dilakukan secara efektif. Dengan adanya pembelajaran matematika yang
efektif, tujuan pembelajaran matematika, yaitu agar peserta didik memiliki
kemampuan dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
kemampuan dalam bekerjasama, dapat tercapai dengan baik. Sehingga matematika
akan memberikan manfaat secara optimal dalam kehidupan.
Untuk
menjadi seorang guru matematika yang efektif, ada beberapa karakteristik yang
harus dimiliki oleh guru matematika. Selain itu guru tersebut harus benar –
benar memahami prinsip dari matematika sekolah dan mengaplikasikannya dalam
pembelajaran matematika. Selain hal – hal tersebut, untuk menjadi seorang guru
matematika yang efektif haruslah ada strategi tertentu, guru harus melakukan
inovasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar matematika.
Dari
kesimpulan tersebut, adapun saran yang dapat kami berikan antara lain untuk
mahasiswa pendidikan matematika, haruslah memahami bagaimana cara menjadi guru
matematika yang efektif. Hal itu dapat dilakukan melalui pembelajaran secara
teoritis maupun pengamatan di lapangan. Untuk guru matematika, dalam melakukan
pembelajaran, guru harus mengajarkan matematika secara efektif. Hal ini dapat
ditempuh melalui berbagai cara, salah satunya dengan melakukan inovasi dalam
pembelajaran matematika. Dengan adanya inovasi dalam pembelajaran matematika,
pembelajaran matematika akan menjadi lebih baik dan tujuan matematika dapat
tercapai dengan baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Glenda and Margaret Walshaw. 2009.
Characteristics of Effective Teaching of Mathematics : A view from the West. The Journal of Mathematics Education
(Vol.2, No.2, pp.147-164).
Indon, N., J.H. Matsum., &
Warneri. 2012. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa. Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura
McGraner, Kristin L, Amanda VanderHeyden and Lynn Holdheide. 2011.
Preparation of Effective Teachers in Mathematics.
National Council of Teachers of
Mathematics. 2000. Principles and
Standards for School Mathematics. United State: Nasional
Council of Teachers of Mathematics, Inc.
Shadiq, Fajar. 2011. Peran Penting Guru Matematika dalam
Mencerdaskan Siswanya.
Sukonsih, Cucu Siti. 2012. Optimalisasi Kegiatan Pembelajaran Sebagai
Cerminan Guru Profesional. Sukoharjo: FKIP Universitas Veteran Bangun
Nusantara
.
No comments:
Post a Comment